Tuesday, December 28, 2010

Tawon Besar Hasilkan Listrik dari Tenaga Surya

Tawon besar (hornet) oriental memiliki sel tenaga surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik. Pigmen di dalam jaringan berwarna kuning memerangkap cahaya dan jaringan berwarna cokelat untuk menghasilkan listrik.

Jaringan berwarna cokelat mengandung melamin, pigmen yang pada kulit manusia berfungsi untuk menyerap sinar ultraviolet dan mengubahnya menjadi panas. Struktur jaringan cokelat ini juga menangkap cahaya dan meneruskannya ke dalam jaringan kemudian memecah cahaya.

Jaringan kuning berisi xanthopterin, pigmen yang memberi warna pada sayap kupu-kupu dan urin pada mamalia. Tim peneliti mencairkan xanthopterin dan meletakkannya di dalam elektroda sel tenaga surya. Ketika sel itu disinari, pigmen di dalam cairan itu menghasilkan listrik.

Sel surya milik tawon besar oriental hanya memiliki efisiensi 0,335 persen, sedangkan sel surya buatan manusia memiliki efisiensi 10 hingga 11 persen. Artinya, tawon besar oriental masih mengandalkan makanan sebagai sumber energi.

Berkebun untuk Hasilkan Listrik

Para peneliti melakukan penelitian terhadap tanaman menyerap energi matahari, meneruskannya pada bakteri yang membangkitkan listrik lemah. Lebih lanjut teknik sel bahan bakar untuk pembangkit energi.

Riset universitas Wageningen di Belanda yaitu dua bak berbentuk segiempat sama sisi yang masing-masing berisi 12 ember plastik berisi air dan lumpur. Di dalamnya terdapat berbagai jenis rumput dan tanaman air lainnya dan bagaimana simbiose antara tanaman dan bakteri untuk menghasilkan energi.

Tanaman lewat fotosintesa memproduksi unsur Karbon, dan meneruskan hingga 40 persen unsur organik ini ke dalam tanah. Di sana hidup bermacam mikro-organisme, bakteri dan jamur yang hidup dari unsur organik dari tanaman itu. Eksperimen dengan baterai biologis, dengan menancapkan dua elektrode, di lokasi di mana bakterinya tumbuh dan dapat memproduksi listrik.

Bakteri dalam sel bahan bakar mikroba hidup dalam sebuah larutan yang mengandung bahan makanan. Ke dalamnya dimasukkan dua elektroda. Bakteri hanya melepaskan energi listrik yang berlebihan langsung ke kutub negatif atau anoda. Listriknya kini dapat disalurkan. Namun pada sel bahan bakar mikroba MFC juga berlaku dalil, output tidak dapat lebih besar dari input. Agar pemasokan listrik berlangsung stabil dan berkelanjutan, bakterinya harus terus menerus diberi makan. Inilah tugas dari rumput yang ditanam di dalam ember yang ditempatkan di atap universitas Wageningen. Tanamannya tumbuh dalam larutan bahan makanan, dan menjamin pasokan glukosa secara berkelanjutan. Semua ini adalah sel pembangkit energi matahari alami. Tanaman menyerap energi matahari dan meneruskannya kepada bakteri kemudian menghasilkan listrik dan dapat dipasok 24 jam sehari. Selama masih ada bakteri, listrik akan terus berproduksi.