Friday, January 29, 2010

Kekeringan di PLTA tahun 2010

Perusahaan listrik di Indonesia diawali dengan pembangkit listrik di Jawa Barat oleh Landswaterkrachtberdrij West Java pada tahun 1920-an, milik pemerintah Hindia Belanda. Indonesia memiliki potensi energi air yang cukup besar sebagai pembangkit tenaga listrik yang mencapai 70.000 MW. Saat ini produksi listrik adalah 29.000 MW.

Salah satu sumber penggerakan turbin PLTA berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. DAS Citarum membentang dari mata air di Gunung Wayang sampai muara di Tanjung Karawang dengan panjang kurang lebih 270 kilometer, luas wilayah 6.080 km2, dan daerah hulu seluas 1.771 km2. Bagian hulu yang terdiri dari 6 sub-DAS, yaitu Citarik, Cisarea, Cihaur, Cisangkuy, Ciwidey, dan Cikapundung. Sub-DAS Cisangkuy digunakan untuk PLTA Plengan (3*35 MW), PLTA Lamajan (2*6.5 MW), PLTA Cikalong (3*6.5 MW). Sungai Citarum juga memiliki tiga waduk besar untuk PLTA Jatiluhur (6*25 MW) dibangun tahun 1962, PLTA Saguling (4*175 MW) yang dibangun tahun 1984, dan PLTA Cirata (6*151 MW) yang dibangun tahun 1988.

Kinerja PLTA sangat bergantung pada kondisi hulu bagian DAS dan musim. Penggunaan batu bara siap beroperasi dalam waktu enam bulan, maka PLTA akan semakin berkurang. Bahan bakar batu bara dapat membantu pengoperasian air untuk menggerakan turbin PLTA karena energinya berlebihan pada siang hari. PLN merencanakan membangun PLTA Upper Cisokan sebagai PLTA terbesar yang berkapasitas 1.000 MW, dengan dana 1 miliar dolar AS (PLN dapat dukungan Bank Dunia melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan), PLTA Bakaru (2*63 MW) dan PLTA Asahan III (174 MW) dalam rangka percepatan pembangkit tahap kedua.

Hujan yang melanda Indonesia dan kekeringan menghambat perkembangan industri pembangkit listrik. PLTA Cirata, Saguling, dan Jatiluhur tidak dapat beroperasi secara maksimal. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) memutuskan melakukan penghematan air untuk menghindari dampak buruk karena fenomena El Nino.

Kondisi Waduk Cirata berada pada 210 meter. Kalau ketinggian air tidak mencapai batas minimum 206 meter, volume air tidak mampu menggerakkan turbin pembangkit listrik, sehingga BPWC membuat kebijakan hanya memproduksi listrik 3-4 jam per hari dan hanya 3-4 unit yang berproduksi setiap hari pada pukul 17.00 hingga 20.00. Kondisi serupa juga dialami PLTA Batu Tegi di Lampung.

Nama PLTA dan Kapasitas

1. Bengkok (3*1.050 KW)
2. Ubrug (2*5.400 KW)
3. Karacak (2*5.500 KW)
4. Plengan (3*3.5 MW)
5. Lamajan (2*6.5 MW)
6. Cikalong (3*6.5 MW)
7. Jatiluhur (6*25 MW)
8. Saguling 4*175 MW
9. Cirata (6*151 MW)
10. Sipansihaporas (50 MW)
11. Renun (2*41 MW)
12. Upper Cisokan (1.000 MW)
13. Bakaru (2*63 MW )
14. Asahan III (174 MW)

Sumber: KOMPAS

No comments:

Post a Comment